Selasa, 09 Juni 2015

Bertanam kecipir




Jika kecipir dibudidayakan secara intensif hasilnya bisa sampai 25 ton buah atau polong basah per ha, dan bisa dipanen setiap 40 kali setiap empat hari sekali dengan masa istirahat. Selain sarat protein, harganya pun cukup tinggi per kilonya.

Kecipir sampai sekarang lebih banyak ditanam secara tumpang sari dengan tanaman pangan atau sayuran lainnya. Bahkan kadang-kadang kecipir hanya ditanam sebagai tanaman sela atau pagar di sawah-sawah dan tegalan. Padahal bila dibudidayakan secara intensif hasilnya tidak akan mengecewakan. Karena manfaatnya sangat banyak, dan harganya juga baik.

1. Penanaman

Bertanam kecipir / budidaya kecipir secara intensif dimulai dengan persiapan lahan. Pertama dilakukan pencangkulan sampai dua kali, dan langsung dibuat bedengan 1 m x 20 m atau sesuai panjang lahan. Pencangkulan dilakukan sampai tanah menjadi gembur atau remah. Setelah itu mulailah dibuat lubang untuk meletakkan pupuk kandang sekaligus sebagai lubang tanam. Besar lubang tanam 25 cm x 25 cm x 25 cm. Jarak antar lubang yang juga merupakan jarak tanam dibuat 100 cm x 50 cm atau 30 cm x 60 cm.

Sebelum benih ditanam sebaiknya dilakukan pemupukan terlebih dahulu, bisa dengan pupuk kandang, 7 – 10 hari sebelumnya. Tetapi bisa juga pemberian pupuk dilakukan bersamaan dengan penanaman benih. Bila yang digunakan kotoran ayam, pupuk harus diberikan seminggu sebelum tanam. Cara pemupukan cukup dengan memberikan kurang lebih 0,5 kg pupuk kandang per lubang dan dicampur merata dengan tanah.

Bisa juga dengan cara menebarnya secara merata dalam bedengan. Untuk satu bedeng biasanya dibutuhkan 50 kg pupuk kandang. Seminggu kemudian baru benih ditanam dengan membenamkannya sedalam 5 cm. Untuk satu hektar lahan rata-rata dibutuhkan 20 liter atau 30 kg benih.

Sebelum ditanam sebaiknya benih direndam dulu dalam air yang telah diberi Antracol atau fungisida lainnya. Setengah kilogram Antracol cukup untuk merendam 5 liter benih. Banyaknya air untuk merendam secukupnya saja sampai benih terendam semua. Perendaman dilakukan selama semalam. Tujuannya untuk melindungi benih dari serangan cendawan pada awal pertumbuhan.

2. Perawatan Tanaman

Lima sampai tujuh hari kemudian benih biasanya mulai berkecambah. Seminggu kemudian tanaman mulai memiliki empat duan. Saat itulah dilakukan pemupukan pertama berupa urea dan TSP 1 : 1 sebanyak satu sendok makan, yang dibenamkan 10 cm di sekeliling tanaman. Tetapi ada juga yang melarutkan satu sendok urea dan TSP dalam dua gelas air, lalu disiramkan 3 – 5 cm di sekeliling tanaman.

Bersamaan dengan pempukan pertama dilakukan juga pemasangan ajir. Lebarnya cukup 2 cm dengan tinggi 2, 5 meter. Setiap tanaman diberi satu ajir. Kemudian ujung atas empat ajir yang saling berdekatan diikat menjadi satu. Atau bisa juga dihubungkan satu sama lain dengan bambu atau tali seingga membentuk kotak-kotak yang banyak. Dengan demikian tanaman akan semakin banyak mempunyai cabang yang dapat dirambatkan, dan produksinya diharapkan juga makin banyak. Selain itu hal ini memudahkan pemanenan.

Di samping pemupukan pertama tadi, dilakukan juga penyemprotan untuk mencegah serangan hama maupun penyakit. Biasanya pestisida yang diberikan adalah Vondozeb, cukup satu sendok makan yang dicampur 20 liter air. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali sampai kecipir mulai berbunga pada umur 1,5 bulan setelah tanam. Setelah berbunga frekuensi ditingkatkan menjadi 3 hari sekali dengan dosis yang sama. Karena setelah keluar bunga hama dan penyakit tanaman biasanya menjadi banyak. Untuk mencegah kekebalan hama maupun penyakit terhadap pestisida tertentu, sebaiknya diberikan pestisida yang berbeda, misalnya Antracol, Matador atau Tamaron, dosisnya sesuai anjuran.

Pemupukan susulan berikutnya diberikan sebulan setelah pemupukan sebelumnya, dengan dosis yang sama, pada saat itu dilakukan juga pembumbunan dan penyiangan. Penyiraman dilakukan dengan cara me’leb’ lahan selama beberapa waktu, tergantung kondisi lahan dan cuaca pada saat itu.

3. Panen

Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur 3 – 3,5 bulan. Buah kecipir yang dipanen yang tidak terlalu muda maupun tua, kira-kira yang panjangnya 15 – 20 cm dengan lebar sekitar 3 cm dan berwarna hijau terang. Bila terlalu tua dipetik kecipir menjadi tidak enak lagi karena sudah berserat.

Panen dapat dilakukan dengan memetik buah kecipir begitu saja. Tetapi untuk menghindari kerusakan pada tanaman, panen sebaiknya dilakukan dengan pisau tajam. Panen pertama biasanya hanya sekitar 0,25 kg saja tiap tanamannya. Hasil panen pertama sampai keempat masih sedikit. Tetapi mulai panen kelima hingga ke 20 hasilnya meningkat pesat hingga 1 – 2 kg per pohonnya.

Setelah panen ke 20 biasanya produksi menurun. Untuk meningkatkannya kembali, tanaman perlu dipangkas setinggi 0,5 meter dari pangkal batang. Selanjutnya tanaman dirawat seperti sebelum di pangkas. Satu bulan kemudian tanaman sudah mulai bisa dipanen kembali. Bila perawatannya baik tanaman kecipir bisa berproduksi sampai umur 2 tahun. Tetapi biasanya setelah pemangkasan kedua pertumbuhan dan produksinya sudah mulai tidak bagus, karena itu sebaiknya tanaman dibongkar dan diganti dengan yang baru.

Batang dan daun tanaman kecipir hasil pemangkasan maupun pembongkaran dapat dibenamkan sebagai sumber pupuk hijau. Selain itu daunnya juga sangat baik sebagai pakan ternak. Bila tanaman telah dibongkar umbinya dapat diambil untuk dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat.

4. Pembuatan Benih

Pembenihan dapat dilakukan bersamaan dengan penanaman untuk konsumsi. Caranya, setelah pemetikan keempat sampai kelima setiap kali panen disisakan 1 – 3 buah kecipir per tanaman. Kecipir yang dipilih adalah yang besar, panjang, lurus, jumlah bijinya sekitar 8 – 10 atau lebih, dan mulus tidak bertotol-totol hitam.

Buah yang akan dijadikan benih tersebut dibiarkan sampai menjadi tua dan kering, hingga tiba saat pemangkasan. Buah dipetik setelah tua dan sebaiknya dijemur dulu karena belum 100 % kering. Bila cuaca cerah hanya dalam waktu satu minggu saja buah sudah bisa dikupas untuk diambil bijinya. Biji-biji tersebut kemudian dicampur Antracol sebanyak 2,5 kg per satu liter benih.
Kemudian biji itu disimpan dalam kaleng yang dialasi kertas semen lalu ditutup rapat agar kualitas dan daya tumbuh biji tidak menurun. Dapat juga biji disimpan dengan dibungkus kain yang digantung di atas tungku hingga kering karena terkena asap dan terhindar dari serangan hama. Biji-biji iin juga dapat dikonsumsi sebagai makanan kecil maupun bahan baku industri pakan ternak, minyak, tepung, dan juga dibuat tempe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar