Sabtu, 14 Februari 2015

MENJADI JUTAWAN DENGAN BETERNAK



Berangkat dari sebuah keprihatinan, dan keinginan untuk berbagi dengan semua orang yang percaya dan yakin terhadap sebuah kekuatan akal pikiran, dan sebuah ketekunan, kerja keras akan  melahirkan sebuah  keberhasilan atau sukses. Hal ini  berlaku secara universal dan tercermin dalam  beberapa kalimat motivasi, dalam beberapa versi bahasa yang banyak kita kenal; man jad de wa jadde, If there’s a will there’s a way dan yang ter-shoheh datang dari Al-Qur’an yang artinya “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.  Sesungguhnya apa yang ada dilangit dan dibumi itu adalah ayat-ayat Allah yang  masuk dalam katagori “baca” lah atas nama tuhanmu.
Banyak pelajaran dan manfaat yang dapat diambil dari kekayaan alam yang kita miliki, dari sub sector peternakan misalnya; sapi, kambing, kelinci dan  unggas (ayam buras, itik, mentok) dll. Ternyata dapat menjadi sumber kehidupan (usaha) yang menjanjikan. Yang memprihatinkan adalah banyak diantara kita telah berpaling dan tak mau “membaca” bahkan cenderung meninggalkan sama sekali. cara berpikir instan, tak mau repot, tinggal pakai saja,telah mengkooptasi dan mudah-mudahan tidak sampai menggerus idealisme kita terhadap potensi alam bangsa kita.
Survey yang dilakukan terhadap siswa SLA di Kabupaten Pamekasan (perkotaan) yang ingin beternak hanya 12% dan di pedesaan  27% (2009) entah sekarang tinggal berapa persen (2011). Padahal dalam konteks Pembangunan pasca Suramadu Pamekasan di proyeksikan sebagai daerah penyanggah (pertanian) mendukung Kawasan industri di Bangkalan dan Sumenep.
Berangkat dari keprihatinan tersebut perlu reorienrasi Kebijakan  Pembangunan berbasis potensi lokal, daerah-daerah(baca: desa atau Kecamatan) tertentu yang belum tersentuh upaya pengembangan peternakan di Kabupaten Pamekasan perlu disikapi dengan arief bijaksana. Hampir setiap tahun ada pengaduan masyarakat atas peternakan ayam ras di Pamekasan, baik  peternakan ayam petelur maupun pedaging.  Ini dapat diartikan sebagai suatu “ancaman” awal bagi kelangsungan  usaha pengembangan ayam ras. Penataan dengan pola pengembangan kawasan, sangat mendesak untuk memberikan  jaminan kelangsungan dan kepastian usaha, ini adalah tugas  kita bersama.   Penulis sendiri merasa terpanggil untuk berbagi bagi upaya menarik minat generasi muda untuk berusaha dibidang peternakan. Khususnya pemberdayaan ternak lokal.
Banyak jenis ternak yang bisa dikembangkan dan masing-masing mempunyai keunggulannya sendiri tergantung dari potensi lokal yang tersedia dan mudahnya pemasaran hasil.  Potensi lokal yang dimaksud, adalah keunggulan yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi misalnya, lokasi dimana kita tinggal, ketersediaan bahan pakan yang dapat  menghemat biaya produksi, atau trend (kesukaan) terhadap jenis ternak dll.  Ayam lokal (ayam kampoeng) misalnya; ternyata cukup dan tetap eksis ditengah masyarakat, dipasar tradisional l7 Agustus misalnya tiap kali  pasaran (2 kali seminggu) ada kurang lebih 2000 ekor  atau nilai transaksi hampir 40 juta.

BETERNAK  AYAM  BURAS (Ayam  Kampung)
Ayam Kampung (ayam buras: bukan  ras), ayam asli Indonesia, hidup dilepas menyatu seolah merupakan bagian dari komonitas  kehidupan social ekonomi masyarakat terutama di pedesaan.
Hampir dipastikan generasi yang lahir tahun 70 an  pernah memelihara ayam kampoeng ini. Termasuk penulis yang merasakan betul   manfaatnya dalam system ketahanan ( ekonomi dan pangan) keluarga waktu itu. Diharapkan nantinya dengan  mempelajari kemampuan reproduksi ayam buras  akan mudah mengikuti skema proyeksi usaha  ayam buras Skema proyeksi produksi inilah yang akan diposisikan sebagai jalan, guide (panduan)  pedoman,. agar bisa dievaluasi sewaktu-waktu  apakah usaha yang kita jalani sesuai (on the track) dengan  yang diharapkan, kemampuan kita dalam menjalankan usaha ayam buras senantiasa terkontrol, dan menjadi rekam jejak dalam menjalankan usaha.
Pada akhirnya pola berpikir yang kita bangun sama dengan Program satu tahun satu kelahiran pada sapi, Program tiga kali melahirkan dalam dua tahun pada kambing dan domba atau pada komoditi ternak lainnya dapat dibuatkan proyeksi produksinya berdasarkan kemampuan reproduksi. Itulah ketentuan alam, dimana kita belum bisa merubahnya. Tetapi diluar ketentuan itu ada ruang dimana kepandaian,ketrampilan,dan usaha manusia lebih keras dan keras lagi dituntut sampai pada suatu titik “keringat” penghabisan, untuk  mengikuti ketentuan” sunnatullah” yang lain.

 Beberapa Contoh Proyeksi produksi Ayam Buras : Dari yang paling sederhana sampai dengan teknologi  sederhana:
Ayam buras Muda siap telur 1 ekor  betina dan 1 ekor pejantan, usahakan dalam satu bulan (maksimal) dalam perawatan saudara sdh bertelur (l0 s/d l2 butir) tetaskan  dam jangka 21 hari menetas, pisahkan anak ayam (D0C) dengan induknya, dengan perlakuan tertentu dalam 5 minggu  Induk akan bertelur lagi, tetaskan lagi dan dalam jangka waktu 21 hari akan menetas lagi, teruskan tetaskan lagi, lagi dan lagi. Dalam l2 bulan  bisa jadi 5 – 6 kali proses penetasan berarti jumlah anak 50 – 60 ekor dengan berbagai selisih tingkatan umur  2 bulan. Ingat anak pertama (l0 ekor; 5 jantan,5 betina) pada bulan ke 8,5 ekor anak betina sudah dapat memberikan kontribusi masing-masing satu periode penetasan berarti  ada 50 ekor tambahan DOC atau dalam 12 bulan periode pemeliharaan; jadi jelaslah sekarang dari satu induk, dalam satu tahun dapat berkembang menjadi kurang lebih 90 – 100 ekor ayam dan anak ayam yang sudah dapat dipotong (lancor).  Jadi tidak berlebihan apabila untuk mudah mengingatnya, 2 1 80 SMART menjadi  jargon penyemangat, pengingat bagi usaha peternakan yang artinya 2 ekor ayam (jantan betina) siap telor dalam satu tahun menjadi 80 ekor (angka minimal; 75 % dr potensi sesungguhnya).  Bagaimana dengan mentok, angsa, itik atau unggas lainnya ?  Silahkan tanyakan pada ahlinya, atau anda coba sendiri langsung dengan mengikuti alur usaha ayam buras seperti di atas..
Dari hasil uji publik (terbatas) pada kalangan praktisi dan ahli, ada jawaban 80% menerima skema proyeksi seperti diatas dan sisanya 20% ragu, tidak tahu.  Dari 80 % yang menerima skema, 80 prosen menerima dengan catatan : asal tidak ada kematian, dan apakah menguntungkan?  Mengingat harga pakan ternak yang terus melambung.   Dua hal inilah yang sejak awal disebutkan sebagai ruang terbuka yang masih dan harus diisi dgn ilmu,ketelitian,kecerdasan dan usaha agar kematian bisa ditekan, alternatip pakan murah bisa dicari. Mencari sumber pakan pengganti yang ada disekitar lokasi usaha kita sangat dianjurkan sebagai suatu keunggulan lokal. Demikian pula dengan upaya megurangi kematian, dapat dilakukan tindakan pencegahan melalui vaksinasi, perbaikan sanitasi kandang dan tatalaksana pemeliharaan.   Kalau prinsip-prinsip usaha atau bisnis dilaksanakan bukan suatu yang sulit untuk melipat gandakan, modal usaha anda minimal 3 -4  kali lipat dalam satu tahun.. Belum lagi pemakaian Teknologi mesin tetas misalnya ; telur ayam  dengan harga Rp. 1500 per butir dengan ditetaskan  selama 21 hari sudah menjadi kutuk atau Day old cheick (DOC) dengan harga Rp.3000,- per ekor.  Mesin penetas ini sebuah keharusan untuk usaha pembibitan itik, kartena tidak mempunyai sifat mengeram.  Selamat mencoba, selamat menjadi jutawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar