Selasa, 24 Februari 2015

MEMPRODUKSI BUAH MANGGA DILUAR MUSIM

Di Thailand, buah mangga segar tersedia sepanjang tahun. Hal ini bisa terjadi karena penerapan metode atau tehnologi modern produksi buah di luar musim melalui pengaturan waktu induksi bunga disertai dengan pengendalian hama penayakit, pembrongsongan buah, serta pemberian air dan pupuk secara seimbang. Sebelumnya musim panen mangga secara alami hanya terjadi pada bulan April sampai Mei. Dengan tehnologi produksi diluar musim, mangga dapat di produksi dari januari sampai desember.
Perkebunan mangga secara komersial talah banyak dibuka di indonesia, kendala yang dihadapi adalah sifat dari tanaman mangga yang berbuah secara musiman sehingga kontinuitasnya sulit, pada saat panen raya stok buah menumpuk sehingga harga jatuh. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan tehnik budidaya yang dapat mengatur saat pembungaan agar ketersediaan buah dapat terjamin sepanjang tahun.
Tehinik produksi mangga diluar musim yang paling umum digunakan adalah dengan pemberian paklobutrazol diikuti dengan penyemprotan zat pemecah dormansi. Pada perkebunan mangga skala komersil, ada kecenderungan bahwa pemakaian paklobutrazol sudah merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat rutin.
Induksi pembungaan mangga terjadi 2-3 bulan setelah perlakuan paklobutrazol, tergantung varietasnya. Perlakuan paklobutrazol pada mangga gadung 21 menyebabkan pembungaan terjadi 2 bulan lebih cepat dari musim normalnya. Waktu masak buah semakin cepat dan kekerasan buah semakin berkurang dengan semakin meningkatnya takaran paklobutrazol. Hasil per poho meningkat 59 %, tetapi ukuran buah rata-rata menurun. Kandungan vitamin C meningkat tetapi pH dan total padatan terlarut tidak berubah (Purnomo dan Prahardini, 1989).
Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, dosis optimum paklobutrazol untuk menginduksi pembungaan mangga dan menekan pertumbuhan vegetatif tanpa merusak pohon berkisar antara 2,5-4g bahan aktif/pohon atau setara dengan 10-16 cc cultar/ liter air / pohon. Perlakuan yang melebihi 20 cc cultar/liter air / pohon menyebabkan munculnya perubahan bentuk daun yang menandakan bahwa pada konsentrasi diatas 20 cc/ liter air /pohon terjadi efek negatif dari paklobutrazol.
Hasil penelitian Poerwanto, et al., (1997) menunjukkan bahwa paklobutrazol dengan dosis 0,05 g/pohon sudah cukup efektif untuk meninduksi pembungaan mangga gadung 21, tetapi diikuti dengan aplikasi zat pemecah dormansi 1 bulan setelah penyemprotan paklobutrazol. Paklobutrazol menyebabkan bungan terinduksi, tetapi di lain pihak juga menyebabkan munculnya calon tunas generatif. Pemberian zat pemecah dormansi yang diaplikasikan pada mata tunas setelah aplikasi paklobutrazol akan memecahkan tunas dorman dan memaksa tunas-tunas tersebutmuncul. Dari beberapa jens dan konsentrasi zat pemecah dormansi yang digunakan, yang efektif memecahkan tunas bunga dorman yang telah terinduksi oleh pemberian paklobutrazol adalah benzil adenin 0,10 g/liter, etefon 0,40 g/l dan KNO3 40 g/l. Karena harga benzil adenin mahal dan sulit larut dalam air, untuk tujuan komersil disarankan untuk menggunkan etefon. Benzil adenin adalah zat pengatur tumbuh kelompok sitokinin yang berfungsi meningkatkan laju pembelahan sel meristem pada mata tunas sehingga memacu perkembangan dan pertumbuhan tunas tersebut. Sedangkan etefon mampu memecah dormansi mata tunas generatif karena etilen yang dilepaskan dari hasil reaksinya dalam tanaman meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga mempermudah gerakan molekul ke sitoplasma. Kemampuan KNO3 dalam memecah dormansi mungkin berhubungan dengan peran ion k+ dalam meningkatkan translokasi sukrosa, peningkatan laju transportasi sukrosa pada apoplas dari sel mesofil daun, peningkatan laju transportasi sukrosa pada aoplas dari sel mesofil daun, peningkatan pemuatan pada floem maupun pengaruh langsung dari peningkatan tekanan osmosis ( Marschner,1986).
Paklobutrazol dapat diaplikasikannpada tanaman melalui 2 cara, yaitu: dengan penyemprotan melalui daun (folliar spray) dan melalui tanah ( soil drenchhing ). Aplikasi lewat tanah lebih efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya dapat bertahan lebih lama. Aplikasi lewat daun akan efektif jika dilakukan beberapa kali penyemprotan dengan dosis rendah. Untuk mangga, pemberian melalui tanah dengan cara disiramkan disekitar pangkal pohon dilakukan pada tanaman yangsehat dan pucuknya tidak sedang menumbuhkan pucuk atau daun muda. Sedangkan zat pemecah dormansi disemprotkan melalui daun secara merata keseluruh permukaan tanaman satu bulan setelah pemberian paklobutrazol ( Subhadrabhandu dan Tongumpai, 1990).
Selain paklobutrazol, ZPT yang lain adalah cyclosel. tetapi paklobutraol lebih efekif dibandingkan cyclosel dengan efek yang bisa bertahan sampai lebih dari satu tahun setelah perlakuan sementara retardan lain hanya mampu bertahan satu musim. Efek residu paklobutrazol pada mangga dilaporkan oleh Subhadrabandhu dan tongumpai (1990), bahwa mangga yang pada tahun pertama disemprot dengan 2 grm/ pohon kemudian pada tahun berikutnya disemprot lagi dengan 0,5;1,0;dan 1,5 gram/ pohon,dosis 0,5 dan 1,0 gram / pohon disamping menginduksi pembungaan juga meningkatkan prosentase tunas yang berbunga, sedangkan dosis 1,5 gram /pohon justru menghambat pembungaan mangga. Data tersebut menunjukan bahwa pemberian paklobutrazol secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi pertumbuhandan pembungaan berikutnya.
Kalium nitrat (KON3) juga dilaporkan dapat digunakan untuk merangsang produksi buah diluar musim. Keberhasilan penggunaan kalium nitrat dalam merangsang produksi buah diluar musim telah dilaporkan oleh efendi (1994) pada mangga. Di philipina penggunaan kalium nitrat pada mangga telah dilakukan sejak tahun 1979. penemuan tersebut memungkinkan Philipina memproduksibuah mangga kultivar pico,carabao dan pahutan sepanjang tahun dan menghilangkan biennial bearing (Bondad,1990). Zat pengatur tumbuh NAA (Naftalena Acetic Acid) juga dilaporkan dapat mempercepat pembungaan mangga. Pemberian dosis 25,50,dan 75 ppm dapat mempercepat tanaman berbungan 1-2 minggu dibandingkan dengan yang tidak diberi NAA. Frekwensi penyemprotan 1 minggu sekali selama 12 minggu.(PT SIGMA GLOBAL HITECHS)

Mari bertanam Kencur

kencur Kencur atau (Kaempferia galangal L). Sebagai obat tradisional kencur merupakan salah satu komponen yang sangat terkenal. Pada jaman dulu kencur sangat lazim sebagai obat sakit tenggorokan yang terkena radang ataupun kerkena flu. Kencur juga biasa digunakan sebagai obat kembung dengan cara titumbuk ataupun langsung dikunyah. Manfaat lain dari kencur adalah sebagai obat penghilang rasa capai setelah kita beraktifitas yang terlalu melelahkan. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin dan sakit perut.
Secara umum manfaat kencur bukan hanya sebagai obat tradisional (jamu) namun kencur juga biasa dimanfaatkan dibidang fitofarmaka, industry kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok kretek.
Pada umumnya kencur cocok ditanam pada segala kondisi tanah dan segala cuaca daerah tropis. Namun untuk tumbuh optimal kencur sangat cocok ditanam dalam tanah yang relatif gembur pada dataran rendah sampai sedang (50-600 m dpl), dengan suhu yang berkisar antara 26-30°C.
Cara budidaya kencur adalah sebagai berikut:
  1. Cara pembibitan kencur dapat dilakukan melalui rimpangnya.
  2. Rimpang kencur yang baik untuk dijadikan benih adalah yang berasal dari pertanaman sehat di lahan bebas pathogen, berumur panen 10 bulan, warna kulit mengkilat (bernas) dengan tekstur daging agak keras.
  3. Rimpang hasil panen mengalami masa dorman (masa tidak berkecambah) antara 2-3 bulan.
  4. Apabila rimpang benih sudah disimpan sekitar 3 bulan dan nampak rimpang sudah mulai bertunas, maka benih langsung dapat ditanam dengan kedalaman 5-7 cm dengan jarak tanam 15 x 15 cm (untuk monokultur) dan 20 x 20 cm (untuk polikultur).
  5. Bila menggunakan rimpang yang baru dipanen, untuk mempercepat perkecambahan perlu dilakukan penjemuran dari pukul 07.00-11.00 selama kurang lebih 3 hari.
  6. Kriteria benih yang baik yaitu memiliki bobot 5-10 gr, mempunyai 2-3 bakal mata tunas yang baik dengan tinggi < 1 cm.
Kencur dapat ditanam dengan dua sistem, yaitu, monokultur dan pada batas-batas tertentu dengan sistem polikultur. Sistem polikultur dapat dilakukan dalam waktu mulai tanam sampai berumur 3-6 bulan dengan cara ditumpangsarikan atau disisipkan tanaman semusim (tanaman pendek), seperti, padi gogo, kacang-kacangan, daun bawang, buncis, ketimun, dll. Selain itu, pola tanam dikombinasi dengan tanaman palawija (tanaman tinggi) jagung, ketela pohon, dengan jarak tanam antar baris 1,5-2 m, agar tingkat naungannya kurang lebih 30%.
Pola tanam kencur yang paling menguntungkan dari segi usahatani adalah dengan dua kali penanaman kacang tanah. Selain itu, kencur juga dapat dijadikan tanaman lantai diantara tegakan pohon kelapa atau tanaman kehutanan seperti sengon, jati dll, dengan tingkat naungan kurang lebih 30 %.
Tanaman kencur sangat tahan terhadap hama dan penyakit, jadi jangan kuatir tanaman ini akan menjadi inang hama atau penyakit tertentu.
Manfaatkan waktu kita dalam usaha tani semaksimal mungkin. Manfaatkan tanah kita seefisien mungkin dengan menumpangsarikan tanaman kencur pada tanaman pokok kita. Dengan waktu dan perawatan yang sama kita akan mendapatkan penghasilan tambahan dalam usaha tani kita.

Semoga dengan sedikit ulasan tentang tanaman kencur ini bisa menambah wawasan kita dibidang pertanian. Selain itu semoga bisa menjadi sedikit tabungan pahala bagi saya.

mari Bertanam Kol Bunga Putih

KEMBANG KOL
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat 

Kol bunga putih ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blum kol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX.
1.2. Sentra Penanaman
Walaupun tanaman ini adalah tanaman dataran tinggi triopka dan wilayah dengan lintang lebih tinggi, beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah sekitar khatulisiwa.
Daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kubis bunga. Pusat Produksi tanaman ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang, Cisarua, Cibodas. Tetapi saat ini kubis bunga mulai ditanam di sentra-sentra sayuran lainnya seperti Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan, Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng (Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali).
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman kubis bunga adalah sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub divisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Keluarga : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea var. botrytis L.
g) Sub var : cauliflora DC
Brassica oleracea varitas botrytis terdiri atas 2 subvaritas yaitu cauliflora DC. yang kita kenal sebagai kubis bunga putih dan cymosa Lamn. yang berbunga hijau dan terkenal sebagai brokoli. Penentuan kultivar berdasarkan ukuran, kemampatan dan warna massa bunga.
Kultivar lokal adalah kultivar Cirateun yang banyak ditanam di Lembang, sedangkan kultivar introduksi adalah kultivar Farmers Early No 2 (umur panen 63 hari) dan Fengshan Extra Early (umur panen 59 hari) asal Taiwan untuk dataran rendah sampai medium, Snown Crown asal Jepang untuk dataran menengah dan dataran tinggi serta Tropical Early asal jepang untuk dataran rendah.
1.4. Manfaat Tanaman
Walaupun biasanya hanya bagian massa bunga yang dimanfaatkan sebagai sayuran yang mengandung mineral cukup lengkap, daun tanaman ini bisa dimakan dan rasanya manis tanpa ada rasa pahit.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
1. Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15.5-18 derajat C dan maksimum 24 derajat C
2. Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
3. Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya tanaman kubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.
2.2. Media Tanam
1. Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
2. Kemasaman tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.
3. Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
2.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih harus bebas hama dan penyakit.
c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80% sehingga untuk satu hektar kebun diperlukan 100-250 gram tergantung pada ukuran benih
f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
3.1.2. Penyiapan Benih
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:
1. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
2. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
3. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1) tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penyemaian di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
2. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
3. Kombinasi cara a) dan b).
Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.
4. Penanaman langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1); (2) buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase;(3) masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida 1/2 dosis jika diperlukan.
5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit dipindahtanam ke lapangan setelah memiliki 3-4 helai daun atau kira-kira berumur 1 bulan.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembentukan Bedengan
Lahan dibersihkan dari tanaman liar dan sisa-sisa akar, dicangkul sedalam 40-50 cm, lalu dibuat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dengan jarak antar bedengan 40 cm. Pada lahan miring perlu dibuat parit di antara bedengan tetapi jika lahan datar, parit ini tidak perlu dibuat.
3.2.2. Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis kapur yang sesuai dengan nilai pH tanah tetapi umumnya berkisar antara 1-2 ton/ha dalam bentuk kalsit atau dolomit. Kapur dicampurkan merata dengan tanah pada saat pembuatan bedengan.
3.2.3. Pemupukan
Pada saat pembuatan bedengan berlangsung, campurkan 12,5-17,5 ton/ha pupuk kandang matang ditambahkan dengan asumsi populasi tanaman per hektar antara 25.000-35.000. Selain itu juga diberikan pupuk dasar berupa ZA, urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg disebar merata dan dicampur dengan tanah di bedengan. Setelah itu lubang tanam dibuat dengan menggunakan cangkul.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam kubis bunga adalah 50 x 50 cm untuk kultivar yang tajuknya melebar dan 45 x 65 cm untuk kultivar tegak. Waktu tanam terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore hari antara jam 03.00-05.00.
3.3.2. Cara Penanaman
Bibit di dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya. Jika digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara membalikkan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi basah benar.
3.4. Pemeliharaan
3.4.1. Penyulaman
Jika ada tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum tanaman berumur kira-kira 2 minggu.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan yang bersamaan dengan penggemburan dilakukan bersama-sama dengan pemupukan susulan yaitu pada 7-10 hari setelah tanam (hst), 20 hst dan 30-35 hst. Penyiangan dan penggemburan harus dilaksanakan dengan hati-hati dan jangan terlalu dalam agar tidak merusak akar kubis bunga yang dangkal. Pada akhir pertumbuhan vegetatif (memasuki masa berbunga) penyiangan dihentikan.
3.4.3. Perempalan
Perempelan tunas cabang dilakukan seawal mungkin supaya ukuran dan kualitas massa bunga yang terbentuk optimal. Segera setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian rupa sehingga massa bunga ternaungi dari cahaya matahari. Penutupan ini berfungsi untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih.
3.4.4. Pemupukan
Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak 3 kali.
1. Pupuk susulan I diberikan 7-10 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 75 kg/ha di sekeliling tanaman sejauh 10-15 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
2. Pupuk susulan II diberikan 20 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 20 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
3. Pupuk susulan III diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 25 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah. Bersamaan dengan pupuk susulan III tanaman disemprot dengan pupuk daun dengan N dan K tinggi.
3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan secara rutin di pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman berada pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Ulat yang berwarna hijau ini memakan permukaan daun bagian bawah dengan meninggalkan tulang-tulang daun sehinggn daun berlubang.
2. Ulat Croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat berwarna hijau bergaris punggung hijau muda dan berwarna kuning di sisi perut. Akibat serangan ulat ini, massa bunga atau daun disekelilingnya menjadi bolong-bolong.
3. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)
Ulat menyerang tanama kubis dengan cara memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman sehingga tangkai daun atau batang rebah dan layu terutama di siang hari.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Kutu daun menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik kotor. Biasanya, kutu ini hidup berkelompok di permukan bawah daun atau pada massa bunga. Serangan yang hebat biasanya terjadi di musim kemarau.
5. Ulat jengkal (Trichoplusiana sp.) dan ulat grayak (Spodoptera sp.)
Ulat jengkal berukuran 4 cm, hijau pucat dan berpita merah muda pada tiap sisi badannya sedangkan ulat grayak memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuning-kuningan pada sisinya. Keduanya menyerang daun pada musim kemarau sehingga daun rusak, bolong-bolong meninggalkan tulang daunnya saja. Ulat grayak menyerang tanaman beramai-ramai dalam satu kelompok besar.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara terpadu: melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba yang menjadi musuh alami dan menggunakan pestisida baik yang biologis maupun kimiawi.
3.5.2. Penyakit
1. Busuk hitam
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular benih (seed born) yang menyerang semua fase pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas gigitan serangga atau luka. Gejala: terdapat bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi busuk sehingga tidak dapat dipanen.
2. Busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini menyebabkan busuk lunak pada tanaman di kebun dan pasca panen. Infeksi terjadi setelah busuk hitam melalui luka pada pangkal bunga yang hampir dipanen atau melalui akar yang terluka. Gelaja: busuknya batang atau pangkal bunga dengan tiba-tiba.
3. Akar bengkak
Penyebab: jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Gejala: tanaman layu seperti kekurangan air dan segar kembali di malam hari, lama-lama pertumbuhan terhambat dan kerdil serta tidak bisa berbunga. Selain akar tanaman membengkak terlihat pula ada bercak hitam di akar tersebut.
4. Bercak hitam
Penyebab: jamur Alternaria sp. Penyakit tular benih ini menyerang daun dan bagian tanaman lainnya. Gejala: daun menjadi berbercak coklat muda atau tua bergaris konsentris. Pada akar, batang dan tangkai terdapat bercak bergaris berwarna kehitam-hitaman.
5. Semai roboh (damping off)
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. Penyakit ini biasanya menyerang persemaian menyebabkan busuknya pangkal batang. Pengendalian: dapat dilakukan dengan melakukan bibit yang bebas penyakit, merendam benih di air panas (50 derajat C) atau di dalam fungisida/bakterisida selama 15 menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam kultivar tahan penyakit, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis atau gigitan serangga, melakukan sterilisasi media semai atau lahan kebun (khusus untuk akar bengkak), pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit.
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat. Umur panen antara 55-100 hari tergantung dari kultivar.
3.6.2. Cara Panen
Sebaiknya panen dilakukan di pagi atau sore hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daunnya sepanjang 25 cm.
3.6.3. Perkiraan Produksi
Hasil panen per hektar antara 15-40 ton tergantung dari kultivar, populasi tanaman dan pemeliharaan.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah bunga kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan sortasi.
3.7.2. Penyortiran
Sortasi dilakukan berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu > 30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan terbaik di ruang gelap pada temperatur 20 derajat C, kelembaban 75-85% atau kamar dingin dengan temperatur 4.4 derajat C dengan kelembaban 85-95%. Pada ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30 kg. Untuk transportasi jarak jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun yang berada di atas massa bunga dipatahkan untuk menutupi bunga. Untuk transportasi jarak dekat ujung-ujung daun dipotong.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Gambaran Peluang Agribisnis
Di Indonesia, kubis bunga termasuk salah satu sayuran yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas karena harganya yang relatif lebih tinggi daripada sayuran lainnya. Budi daya tanaman kubis bunga dalam skala yang lebih besar agaknya cukup menjanjikan mengingat saat ini Indonesia sudah mengekspor bunga kol ke Hongkong, Jepang, Singapura dan Brunei.
Nilai gizi yang dikandung kubis bunga dapat dikatakan istimewa terutama kandungan mineralnya. Dengan demikian sayuran ini dapat menarik perhatian konsumen terutama dari kalangan menengah atas yang telah sadar akan arti kualitas makanan.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
5.2. Deskripsi

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

5.4. Pengambilan Contoh
Menurut persetujuan pembeli dan penjual.
5.5. Pengemasan
Warna bunga putih bersih, mampat, ukuran bunga sedang 20-25 cm, pengepakan dalam kadus karton.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
1. Rahmat Rukmana, Ir. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
2. Williams, C.N., J.O. Uzo, & W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gajah Mada University Press. Diterjemahkan oleh Ronoprawiro, S. & Tjitrosoepomo, G.

Mari Beternak Kelinci

ternak-kelinci-australiaRekan-rekan  semua pada pertemuan kali ini kita akan sedikit membahas tentang budidaya kelinci. Sebenarnya sejak jaman dulu nenek moyang kita sudah membudidayakan kelinci walaupun masih taraf tradisional. Kelinci yang dipeliharapun masih kelinci lokal yang bobot badannya kecil. Kelinci merupakan binatang yang mudah dikembangbiakkan (mempunyai adaptasi lingkungan yang tinggi) dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu ada baikknya kita mengenal jenis-jenis kelinci yang mempunyai prospek agribisnis bagus.
1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000
tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan
percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci
mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di
hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi
penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan
yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra
produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional. 
3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian,
Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New
Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada
sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik
untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.
4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini
mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan
untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.
5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, baubauan,
suara bising dan terlindung dari predator.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi
yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
6.1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21 derajat
C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi
ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi
kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya,
kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan
Kandang anak lepas sapih.
Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara
jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup
untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran
50x30x45 cm.
Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
1) Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam
ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
2) Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
3) Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu
ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat),
Pyramidal Battery (susun piramid).
Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang
tahan pecah dan mudah dibersihkan.
6.2. Pembibitan
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut.
Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex
merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian,
Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan
ternak yang cocok dipelihara.
1) Pemilihan bibit dan calon induk
Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot
badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan
bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu
yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi,
tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam,
lincah/aktif bergerak.
2) Perawatan Bibit dan calon induk
Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu
perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup,
pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari
gangguan luar.
3) Sistem Pemuliabiakan
Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang
spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat
spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
b. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih
baik/menambah sifat-sifat unggul.
c. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat
bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan
perpaduan 2 keunggulan bibit.
4) Reproduksi dan Perkawinan
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5
bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan
mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya
kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore
hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan,
setelah itu pejantan dipisahkan.
5) Proses Kelahiran
Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari.
Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina
12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi
kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang
beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara
merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari
dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak
yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang
penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek
dan terserang penyakit kulit.
2) Pengontrolan Penyakit
Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan
turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini
segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk
mencegah wabah penyakit.
3) Perawatan Ternak
Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan
ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan
pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk
mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat
menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan
membuang testisnya.
4) Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan,
rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi
dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang
hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk
memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat
dibeli di toko pakan ternak.
Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi
pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput
sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang
lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk
mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
5) Pemeliharaan Kandang
Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci
setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar
matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit.
Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
dibersihkan dengan kreolin/lysol.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Bisul
Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya
diberi Jodium.
2) Kudis
Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
Pengendalian: dengan antibiotik salep.
3) Eksim
Penyebab: kotoran yang menempel di kulit. Pengendalian: menggunakan
salep/bedak Salicyl.
4) Penyakit telinga
Penyebab: kutu. Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
5) Penyakit kulit kepala
Penyebab: jamur. Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
Pengendalian: dengan bubuk belerang.
6) Penyakit mata
Penyebab: bakteri dan debu. Gejala: mata basah dan berair terus.
Pengendalian: dengan salep mata.
7) Mastitis
Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar. Gejala: puting
mengeras dan panas bila dipegang. Pengendalian: dengan tidak menyapih
anak terlalu mendadak.
8)Pilek
Penyebab: virus. Gejala: hidung berair terus. Pengendalian:
penyemprotan antiseptik pada hidung.
9) Radang paru-paru
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: napas sesak, mata dan
telinga kebiruan. Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
10) Berak darah
Penyebab: protozoa Eimeira. Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus,
perut membesar dan mencret darah. Pengendalian: diberi minum
sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.
11) Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti
anjing.
Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan
dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang
sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang
sakit.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
8.3. Penangkapan
Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang
benar agar kelinci tidak kesakitan.
9. PASCAPANEN
9.1. Stoving
Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus.
Pemberian minum tetap .
9.2. Pemotongan
Pemotongan dapat dengan 3 cara:
1) Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala
dan saat koma disembelih.
2) Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara
ini kurang baik.
3) Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
9.3. Pengulitan
Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci
digantung.
9.4. Pengeluaran Jeroan
Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan
paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai
pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.
9.5. Pemotongan Karkas
Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2
potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yang
baik 49-52%.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor
induk:
1) Biaya Produksi
a. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
b. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
c. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
d. Pakan
- Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
- Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
e. Obat Rp. 1.000.000,-
f. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
2) Pendapatan
Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
Penjualan:
a. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
b. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
c. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
d. Bulu Rp. 750.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
3) Keuntungan Rp. 12.550.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
- B/C ratio = 2,36
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal
dari protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging
kita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam
cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah dan
rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk
dikembangkan. Apalagi didukung dengan permintaan pasar dan harga daging
maupun bulu yang cukup tinggi.
Demikian sekilas tentang budidaya kelinci semoga bisa menjadi gambaran bagi rekan-rekan yang ingin mencoba membudidayakan kelinci secara modern. Akhir kata semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kemajuan kita semua.

Bertanam Kelapa Sawit

KELAPA SAWITPalm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) atau kita sebut kelapa sawit, merupakan bahan baku dalam pembuatan minyak goreng. Prospek bisnis pengembangan kelapa sawit sangat terbuka luas di daerah luar jawa. Berikut sedikit paparan garis besar tentang budidaya kelapa sawit. Tulisan ini saya tujukan bagi seorang pemula dibidang pertanian yang ingin menambah wawasan/ referensi tentang kelapa sawit.
Ekologi Kelapa Sawit
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.

Perbanyakan
Perbanyakan kelapa sawit dilakukan dengan cara generatif dan saat ini sudah dilakukan kultur jaringan untuk memperbanyak kelapa sawit. Pada pembiakan dengan kultur jaringan digunakan bahan pembiakan berupa sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman secara besarbesaran dengan tingkat produksi tinggi dan pertumbuhan tanaman seragam.

Persyaratan Benih
Benih untuk bibit kelapa sawit disediakan oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan. Benih dengan kualitas sangat baik ini berasal dari induk Delidura dan bapak Pisifera.
Pengecambahan Benih (Cara Balai Penelitian Perkebunan Medan)
  1. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
  2. Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
  3. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam.
  4. Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.
Pengecambahan Benih
  1. Rendam biji dalam air selama 6-7 hari dan ganti air tiap hari, lalu rendam dalam Dithane M-45 0,2% selama 2 menit. Biji dikeringanginkan.
  2. Masukkan biji ke dalam kaleng pengecambahan dan tempatkan dalam ruangan dengan temperatur 39 derajat C dan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari benih dikeringanginkan selama 3 menit.
  3. Setelah 60 hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan keringanginkan lagi. Masukkan biji ke larutan Dithane M-45 0,2% 1-2 menit. Simpan benih di ruangan 27 derajat C. Setelah 10 hari benih berkecambah. Biji yang berkecambah pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.
Pembibitan
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan. Lahan pembibitan dibersihkan, diratakan dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Jarak tanam biji di pembibitan adalah 50x50, 55x55, 60x60, 65x65, 70x70, 75x75, 80x80, 85x85, 90x90 atau 100x100 dalam bentuk segitiga sama sisi. Jadi, kebutuhan bibit per hektar antara 25.000-12.500.
a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.
b) Cara tak langsung
1. Dederan
Tujuan pembibitan awal adalah untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang merata pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Umumnya pembibitan awal dilakukan dengan cara pembibitan kantong plastik. Kegiatan pemeliharaan di pembibitan awal meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air, penyiraman, penyiangan, pemupukan, penjarangan naungan, pengendalian hama dan penyakit serta seleksi bibit. Kecambah dimasukkan ke dalam polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan ke pembibitan.
2. Pembibitan
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40 x 50 atau 45 x 60 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polibag sampai lembab. Polibag disusun di atas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan di atas.
Kegiatan pemeliharaan bibit di pembibitan utama meliputi:
1). Penyiraman
Kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.
2). Pemupukan
Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3). Seleksi bibit
Seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a) bibit tumbuh meninggi dan kaku
b) bibit terkulai
c) anak daun tidak membelah sempurna
d) terkena penyakit
e) anak daun tidak sempurna.

Penanaman
Pembukaan lahan dilakukan cara mekanis (membajak dan menggaru) dan cara kimia yaitu dengan herbisida. Lubang tanam dibuat 2-3 bulan sebelum penanaman bibit di lapangan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 9 m x 9m. Jarak tanam yang digunakan pada tanah bergelombang adalah 8,7 m x 8,7 m. Lubang tanam diberi pupuk dasar berupa Rock Phosphate (RP) dengan dosis 500 g per lubang. Areal yang masih belum ditanami dan terbuka perlu ditanami tanaman penutup tanah (Legume Cover Crop). Contoh tanaman ini adalah (Peuraria javanica), (Calopogonium mucunoides), dan (Centrosema pubescens).

Pemeliharaan Tanaman
  • Pemupukan
Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan. Jenis pupuk yang digunakan pada TBM berupa pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, seperti CF 12.12.5.12 ( 12 % N, 12 % P2O5, 5 % K2O, 12 % MgO), Urea (45 % N), RP (60 % P2O5), Murriate of Potash (60 % K2O), Kieserite ( 26 % MgO) dan Borate (46 % B2O5). Pemupukan pada TM berdasarkan hasil analisa daun yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
  • Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga dan buah pasir untuk merangsang pertumbuhan vegetatif serta untuk mencegah infeksi hama dan penyakit. Kastrasi dilakukan ketika tanaman mulai berbunga untuk pertama kalinya sampai tanaman berumur 33 bulan (6 bulan sebelum panen). Kastrasi dilakukan dengan interval satu bulan sekali.
  • Penyerbukan Buatan
Bunga jantan dan betina pada tanaman kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Faktor lain yang menyebabkan perlunya penyerbukan buatan adalah karena jumlah bunga jantan kurang, kelembaban yang tinggi atau musim hujan yang panjang. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dilakukan penyerbukan buatan oleh manusia atau oleh serangga. Penyerbukan buatan dilakukan setelah kegiatan kastrasi dihentikan.
a) Penyerbukan oleh Manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni (1:2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium.
3. Semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b) Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS).
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus yang tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas pada saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti meningkat sampai 30%. Kekurangan cara ini buah sulit rontok, tandan buah harus dibelah dua dalam pemrosesan.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan menghindarkan tanaman kelapa sawit dari persaingan dengan gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Kegiatan pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma terdiri dari penyiangan di piringan (circle weeding), penyiangan gulma yang tumbuh diantara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
Penunasan atau Pemangkasan Daun
Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif.
Terdapat tiga jenis pemangkasan daun, yaitu:
a) Pemangkasan pasir
Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b) Pemangkasan produksi
Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan.
c) Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. Sistem yang umum digunakan adalah sistem songgo dua, dimana jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali

Bertanam Kedelai

 Ternyata budidaya tanaman kedelai tidak sesulit yang dibayangkan, tanaman ini merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan karena memiliki syarat tumbuh yang tidak sulit. Untuk budidaya tanaman kedelai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

A. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

1. Tanah
Tanaman Kedele dapat tumbuh pada berbagai Jenis tanah dengan syarat Drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama masa pertumbuhan.
Kedele dapat tumbuh pada jenis tanah :
• Alluvial, regosol grumosol, latosol dan andosol
• Podsolik Merah Kuning, dan tanah yang mengandung pasir kwarsa, perlu diberi pupuk organik, Fosfat dan pengapuran.

2. Iklim
• Curah Hujan :optimal 100 -200 ml/bulan hujan merata
• Temperatur : antara 25 – 27 derajat celcius, dengan penyinaran penuh (min. 10 jam/hari)
• Kelembaban : Rata-rata 50%
• Tinggi dari permukaan laut : 0 – 900 meter optimal 650 mdpl

3. Air
• Masa vegetatif (pertumbuhan) : curah hujan cukup
• Masa generatif (Pembungaan) : curah hujan yang kurang saat pembungaan dan pematangan biji sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil kedele.

B. Teknis Budidaya

1. Persiapan Lahan
Pembersihan Gulma,Tanah diolah dangkal dan gulma dibenamkan. Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Lebar Bedengan : 1 meter . Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 50 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.


2. Pemberian Pupuk Kandang
Pemberian pupuk kandang saat pengolahan Tanah sangat disarankan, karena dapat memperbaiki kondisi tanah selain dapat mengurangi pengunaan pupuk buatan. Dosis Penggunaan Pupuk Kandang untuk tanah yang kurus ± 5 ton/Ha.


3. Pemberian Dolomit
Tanaman kedelai menginginkan pH netral berkisar 5 – 6. sehingga perlu pengapuran pada tanah yang masam. Pemberian Dolomit dengan Dosis 2.000 kg/Ha( 200 gr/m²) diharapkan mampu menciptakan pH tanah yang optimal.

4. Pemberian Trichoderma sp
Pemberian Trichoderma dilakukan bersamaan dengan pupuk kandang dan dolomit. Trichoderma berfungsi sebagai dekomposer, mempercepat pelapukan bahan-bahan organik baik pada kompos ataupun bahan organik dalam tanah sehingga dapat segera diserap oleh tanaman,dan sebagai tindakan preventif untuk mencegah serangan penyakit tanaman.Dosis Trichoderma : 400gr/Ha.

5. Persiapan Benih
Saat ini banyak jenis varietas kedelai unggul hasil pemuliaan yang dilepas untuk dikembangkan. Diantara varietas unggul baru tersebut adalah Slamet, Sindoro, grobogan, Argomulyo, Burangrang, Kaba, Anjasmoro, dan Panderman. Varietas kedelai yang unggul untuk suatu daerah belum tentu menunjukan keunggulan yang sama di daerah lain, karena faktor perbedaan iklim, topografi, dan cara tanam, sebagaimana kita tahu bahwa di Indonesia agroekologinya sangat beragam. Maka untuk mengetahui keunggulan dan adaptasi varietas baru terhadap lingkungan, serta mendapatkan informasi varietas yang produktivitasnya tinggi, dan sebagai bahan rekomendasi varietas spesifik lokasi. Kebutuhan Benih : 40 kg/Ha.


6. Penanaman
Benih ditugal 3 biji perlubang dengan jarak tanam 30 X 30 cm. Sebelum ditanam dilakukan seed treatment (perlakuan benih), dilakukan inokulasi dengan tanah yang bekas ditanami kedelai.

7. Pemeliharaan

a. Pemupukan
Dosis pupuk yang akan digunakan Urea 50 kg/ha, SP-18 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pupuk diberikan 2 kali dalam satu musim
Pemupukan I (pertama) :Pupuk diberikan sebelum tanam dengan cara menaburkan pupuk pada garis tanam kemudian pupuk dicampur dengan tanah secara merata, dosis pupuk I (pertama) yang diberikan 2/3 dari dosis Urea dan KCl (Urea:33 Kg/Ha ; KCl: 33 Kg/Ha), sedangkan Pupuk SP-18 diberikan seluruhnya pada pemupukan dasar.
Pemupukan II (Kedua) : Pupuk diberikan pada saat tanaman berumur 20– 30 HST,menjelang tanaman kedele berbunga dengan cara ditabur mengelilingi tanaman dengan jarak ± 10 cm dari batang. Dosis pupuk yang diberikan 1/3 dari dosis Urea dan KCl (Urea: 17 Kg/Ha ; KCl: 17 Kg/Ha).

b. Penyiangan gulma
Selain menurunkan hasil,keberadaan gulma dapat menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit oleh karena itu perlu dilakukan penyiangan sebanyak 2-3 kali sebelum tanaman berbunga. Penyiangan terakhir sebaiknya bersamaan dengan pembubunan untuk mengurangi tanaman rebah.

c. Pengairan / Penyiraman
Tanaman sebaiknya tidak mengalami kekeringan pada fase kritis karena akan sangat menurunkan hasil. Fase kritis, yaitu saat perkecambahan,berbunga,serta pembentukan dan pengisian polong.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan menerapkan system Pengendalian Hama Terpadu, dengan memanfaatkan tekhnologi tepat guna, menggunakan Biopestisida atau pestisida oraganik jika serangan hama masih dibawah ambang ekonomi dan menggunakan pestisida kimia jika serangan hama dan penyakit diatas ambang ekonomi.

Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman kedelai antara laian:

A. Hama Perusak Daun
• Penggerek Pucuk stadia serangan 7 s/d 30 HST
• Penggerek Batang stadia serangan 7 s/d 30 HST
• Ulat penggulung Daun stadia serangan 7 s/d 30 HST
• Ulat Grayak stadia serangan 7 s/d 50 HST
• Ulat Jengkal stadia serangan 7 s/d 50 HST

B. Kutu Daun
• Aphis stadia serangan 30 s/d 60 HST
• Kutu Kebul stadia serangan 7 s/d 45 HST

C. Perusak Polong
• Penggerek polong stadia serangan 45 s/d 80 HST
• Penghisap polong stadia serangan 45 s/d 80 HST

D. Penyakit
• Penyakit Karat Daun stadia serangan 7 s/d 60 HST
• Virus stadia serangan 7 s/d 60 HST
• Bakteri Hawar Daun stadia serangan 7 s/d 60 HST

E. Hama Bahan Simpan stadia serangan pada saat penyimpanan hasil panen

C. PANEN DAN PASCA PANEN

1. Panen
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah : Daun telah menguning dan mudah rontok Polong biji mengering dan berwarna kecoklatan Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.

2. Pasca Panen

a. Pengeringan Secara Alami
Kedele dijemur langsung dibawah panas matahari dipenjemuran yang berlantai atau beralas plastik hitam. Plastik hitam menyerap panas sehingga diharapkan kedele dapat mempercepat proses pengeringan.

b. Pembijian
Pembijian dapat dilakukan dengan beberapa cara : Digebuk/dipukul; Diatas anjang-anjang; Menggunakan mesin(power tresher)

c. Pembersihan
Pembersihan dapat dilakukan dengan cara ditampi; Disilir; Menggunakan mesin pembersih (winower)

d. Pewadahan dan Penyimpanan
Biji kedele yang telah bersih ditempatkan dalam wadah yang bersih bebas hama penyakit,tidak bocor serta ditutup rapat. Penyimpanan Tempat penyimpanan biji kedele harus teduh, kering, dan bebas hama penyakit, kadar air harus 9-14%
Agar biji kedelai dalam penyimpanan bisa bertahan lama sebaiknya di perlakukan dengan pestisida nabati daun cengkeh.